Review Film Gereja Setan

review-film-gereja-setan

Review Film Gereja Setan. Film Gereja Setan (2025) menjadi salah satu penutup tahun yang menarik di jagat perfilman Indonesia, mengusung horor psikologis yang terinspirasi dari pengalaman nyata aktor sekaligus produser, Mongol Stres. Dirilis pada akhir Agustus 2025, film ini langsung mencuri perhatian dengan pendekatan horor yang tak sekadar mengandalkan jump scare, melainkan menyelami bahaya ajaran sesat yang terselubung kesucian. Disutradarai oleh Charles Gozali dan dibintangi oleh Mongol Stres, Taskya Namya, dan Gisellma Firmansyah, Gereja Setan menawarkan pengalaman menegangkan yang relevan dengan isu sosial saat ini. Dengan durasi 1 jam 40 menit, akankah film ini mampu menghadirkan kengerian sekaligus pesan mendalam? Berikut ulasan lengkapnya. BERITA BOLA

Ringkasan Singkat Film Ini
Gereja Setan berkisah tentang Ribka (Gisellma Firmansyah), seorang gadis yang sedang terpuruk setelah kehilangan pekerjaan dan putus dari kekasihnya. Dalam keputusasaannya, Ribka bertemu Gladys (Taskya Namya), yang mengenalkannya pada Hendrik (Mongol Stres), pemimpin karismatik sebuah kelompok yang mengaku sebagai gereja penyembuh jiwa. Namun, apa yang awalnya tampak sebagai tempat perlindungan ternyata adalah sekte sesat bernama Gereja Setan, yang melakukan ritual-ritual mengerikan untuk memanipulasi pengikutnya. Ketika Ribka mulai menyadari keanehan, ia terjebak dalam permainan psikologis dan ancaman supernatural yang mengintai. Bersama seorang jurnalis yang menyelidiki sekte tersebut, Ribka berjuang untuk mengungkap kebenaran dan menyelamatkan diri sebelum terlambat.

Apa yang Membuat Film Ini Enak Untuk Ditonton
Gereja Setan menawarkan horor yang berbeda dari kebanyakan film Indonesia, dengan fokus pada ketegangan psikologis daripada hantu tradisional. Adegan-adegan ritual di gereja tua, lengkap dengan pencahayaan redup dan sound design yang menggetarkan, menciptakan suasana mencekam yang membuat penonton merinding. Penampilan Mongol Stres sebagai Hendrik benar-benar mencuri perhatian; ia berhasil memerankan sosok antagonis yang menyeramkan namun karismatik, membuat penonton ikut merasakan magnetisme sekte tersebut. Cerita yang terinspirasi dari pengalaman pribadi Mongol tentang masa lalunya yang goyah iman menambah lapisan autentisitas. Film ini juga relevan dengan isu sosial tentang bahaya ajaran sesat, membuatnya tak hanya menghibur tapi juga menggugah pikiran. Bagi penggemar horor yang ingin pengalaman lebih dalam, film ini adalah pilihan yang tepat untuk malam akhir pekan.

Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Di sisi positif, Gereja Setan berhasil menghadirkan horor psikologis yang kuat. Sinematografi yang gelap dan atmosferik, terutama pada adegan ritual, menjadi salah satu kekuatan utama, didukung oleh sound design yang memperkuat rasa takut. Akting para pemeran, khususnya Mongol Stres dan Gisellma Firmansyah, terasa natural dan mampu membawa emosi penonton. Tema tentang manipulasi berkedok agama dijalin dengan cerdas, memberikan pesan moral tanpa terasa menggurui. Penggunaan lokasi gereja tua yang nyata juga menambah kesan realistis, membuat penonton merasa seperti ikut terjebak dalam sekte tersebut. Durasi yang tidak terlalu panjang membuat film ini terasa padat dan langsung ke inti.

Namun, film ini bukannya tanpa cela. Alur cerita di babak kedua terasa sedikit lambat, dengan beberapa adegan yang terasa repetitif, seperti diskusi berulang tentang keraguan Ribka. Karakter pendukung, seperti jurnalis yang membantu Ribka, kurang mendapat pengembangan, sehingga peran mereka terasa sekadar plot device. Efek visual pada beberapa momen supernatural, seperti penampakan entitas gelap, terlihat kurang halus dan agak mengganggu imersi. Selain itu, beberapa plot twist, seperti asal-usul sekte, terasa kurang dieksplorasi mendalam, membuat ending sedikit terburu-buru. Bagi penonton yang mengharapkan horor fisik yang intens, film ini mungkin terasa kurang menyeramkan karena lebih mengandalkan ketegangan psikologis.

Kesimpulan: Review Film Gereja Setan
Gereja Setan adalah film horor yang berani tampil beda dengan mengusung tema ajaran sesat dan manipulasi psikologis. Dengan akting kuat dari Mongol Stres, atmosfer mencekam, dan pesan sosial yang relevan, film ini berhasil menjadi tontonan yang menghibur sekaligus menggugah. Meski memiliki kekurangan seperti pacing yang sedikit tersendat dan efek visual yang kurang memukau, Gereja Setan tetap layak ditonton, terutama bagi mereka yang menyukai horor dengan kedalaman emosional dan sosial. Film ini bukan hanya soal ketakutan, tapi juga peringatan untuk tetap waspada terhadap sesuatu yang tampak suci di luar, namun busuk di dalam. Cocok untuk penggemar horor yang ingin pengalaman lebih dari sekadar jump scare, Gereja Setan adalah salah satu kejutan menarik di perfilman Indonesia tahun ini.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *