Review Film How To Make Millions Before Grandma Dies. How to Make Millions Before Grandma Dies (judul asli: Lahn Mah), sebuah film drama keluarga Thailand yang dirilis pada tahun 2024, telah menjadi fenomena di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, dengan lebih dari 3,5 juta penonton. Disutradarai oleh Pat Boonnitipat dalam debut fiturnya, film ini mengusung cerita emosional tentang hubungan keluarga, keserakahan, dan kedalaman cinta antargenerasi. Dibintangi oleh Putthipong Assaratanakul sebagai M dan Usha Seamkhum sebagai Amah, film ini memadukan humor ringan, drama menyentuh, dan nuansa budaya Thailand-Tionghoa yang autentik. Dengan rating 100% di Rotten Tomatoes dan kesuksesan box office yang memecahkan rekor, film ini menawarkan pengalaman emosional yang mendalam. Artikel ini akan mengulas alur cerita, performa akting, sinematografi, dan dampak film, mengevaluasi mengapa karya ini begitu memikat hati penonton hingga 2025. BERITA BOLA
Alur Cerita: Perjalanan dari Keserakahan ke Cinta
Film ini mengikuti M, seorang pemuda pengangguran yang putus kuliah dan bermimpi menjadi streamer game. Ketika neneknya, Amah, didiagnosis menderita kanker stadium empat, M melihat peluang untuk mendapatkan warisan dengan merawatnya. Terinspirasi oleh sepupunya, Mui (Tontawan Tantivejakul), yang mewarisi kekayaan setelah merawat kakeknya, M pindah ke rumah Amah dengan motif tersembunyi. Namun, ia segera menyadari bahwa Amah, seorang janda yang tangguh dan bijaksana, tidak mudah dimanipulasi. Seiring waktu, hubungan mereka berkembang dari transaksi menjadi ikatan tulus, di tengah persaingan dengan anggota keluarga lain yang juga mengincar warisan Amah.
Cerita film ini sederhana namun kuat, menggali tema universal seperti cinta keluarga, pengorbanan, dan penyesalan. Meskipun alurnya bisa diprediksi—dengan M yang akhirnya menemukan makna sejati dalam merawat Amah—narasi tetap terasa autentik karena detail budaya dan dinamika keluarga yang realistis. Beberapa subplot, seperti hubungan M dengan Mui, terasa kurang relevan, tetapi klimaks emosional film ini, terutama adegan perpisahan, mampu menguras air mata tanpa terasa manipulatif.
Performa Akting
Putthipong Assaratanakul, atau Billkin, menghadirkan M sebagai karakter yang awalnya menyebalkan namun secara bertahap menunjukkan kerentanan dan pertumbuhan emosional. Transformasinya dari pemuda egois menjadi cucu yang peduli terasa alami, didukung oleh akting yang penuh nuansa. Usha Seamkhum, seorang aktris debutan berusia 78 tahun, mencuri perhatian sebagai Amah. Penampilannya yang penuh kehangatan, kebijaksanaan, dan ketegaran membuat Amah bukan hanya “nenek biasa” tetapi sosok yang kompleks dan realistis. Chemistry antara Billkin dan Usha menjadi jantung film, terutama dalam adegan sederhana seperti M membantu Amah menjual congee atau menemani ke kemoterapi.
Pemeran pendukung, seperti Sarinrat Thomas sebagai ibu M dan Sanya Kunakorn sebagai paman Kiang, memberikan dinamika keluarga yang meyakinkan, meskipun beberapa karakter, seperti paman Soei, terasa stereotipikal sebagai pecundang yang serakah. Secara keseluruhan, akting ensemble memperkuat nuansa keluarga yang disfungsional namun penuh cinta.
Sinematografi dan Atmosfer: Review Film How To Make Millions Before Grandma Dies
Pat Boonnitipat menggunakan sinematografi yang sederhana namun efektif, menangkap keindahan sehari-hari di lingkungan Chinatown Bangkok. Pengambilan gambar di pasar, kuil, dan rumah sederhana Amah menciptakan suasana yang otentik dan intim. Pilihan latar, seperti pohon delima di halaman Amah, menambah simbolisme tentang warisan dan kenangan. Skor musik oleh Jaithep Raroengjai, dengan nada piano yang lembut, memperkuat emosi tanpa berlebihan, meskipun beberapa momen terasa sedikit sentimentil karena penggunaan musik yang terlalu jelas.
Beberapa adegan, seperti ritual Buddha dan kunjungan ke kuil, menonjolkan kekayaan budaya Thailand-Tionghoa, memberikan film ini identitas yang kuat. Namun, durasi 126 menit terasa sedikit panjang, dengan babak tengah yang kadang melambat. Meski begitu, visual yang hangat dan detail budaya menjaga penonton terhubung dengan cerita.
Dampak dan Warisan: Review Film How To Make Millions Before Grandma Dies
How to Make Millions Before Grandma Dies mencatatkan sejarah sebagai film Thailand terlaris di beberapa negara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina, dengan pendapatan global yang signifikan. Film ini juga menjadi entri resmi Thailand untuk kategori Internasional di Oscar 2025, mencapai daftar pendek nominasi. Keberhasilannya terletak pada kemampuan untuk menyentuh hati penonton melalui tema universal tentang keluarga dan kehilangan, yang terasa sangat relevan di budaya Asia yang menekankan kesetiaan keluarga. Film ini juga memicu diskusi tentang dinamika keluarga, keserakahan, dan pentingnya menghargai waktu bersama orang terkasih.
Kelemahan film ini, seperti alur yang bisa diprediksi dan beberapa karakter pendukung yang kurang berkembang, tidak mengurangi dampak emosionalnya. Adegan-adegan seperti M menangis diam-diam saat mengetahui pengobatan kanker gagal atau ritual pemakaman Amah telah membuat penonton di seluruh Asia menangis, bahkan memicu tren viral di mana penonton berbagi momen tangis mereka di media sosial.
Kesimpulan: Review Film How To Make Millions Before Grandma Dies
How to Make Millions Before Grandma Dies adalah sebuah drama keluarga yang menyentuh hati, menggabungkan humor ringan dengan emosi mendalam tentang cinta dan kehilangan. Performa luar biasa dari Putthipong Assaratanakul dan Usha Seamkhum, ditambah dengan sinematografi yang hangat dan nuansa budaya yang autentik, menjadikan film ini pengalaman yang tak terlupakan. Meskipun alurnya sederhana dan kadang dapat diprediksi, kekuatan film ini terletak pada kejujuran emosional dan hubungan antargenerasi yang digambarkan dengan penuh empati. Hingga 2025, film ini tetap menjadi karya yang relevan, mengingatkan kita untuk menghargai keluarga sebelum terlambat. Bagi siapa saja yang mencari film yang menggugah hati dan pikiran, karya ini adalah pilihan yang wajib ditonton, terutama bersama orang-orang terkasih.