Review Dari Film The Conjuring 2. The Conjuring 2 (2016), sekuel dari film horor ikonik karya James Wan, kembali menghadirkan pasangan penyelidik paranormal Ed dan Lorraine Warren dalam petualangan supernatural yang mendebarkan. Dibintangi Vera Farmiga dan Patrick Wilson, film ini mengisahkan kasus Enfield Poltergeist di London tahun 1977, yang dianggap sebagai salah satu kasus kerasukan paling terkenal dalam sejarah. Dengan perpaduan horor psikologis, narasi keluarga yang kuat, dan atmosfer mencekam, film ini memperkuat posisi Conjuring Universe sebagai tolok ukur horor modern. Artikel ini akan mengulas narasi, performa aktor, elemen teknis, kelemahan film, dan dampaknya bagi genre horor. togel
Narasi yang Mendalam dan Menegangkan
The Conjuring 2 berfokus pada keluarga Hodgson, seorang ibu tunggal bernama Peggy (Frances O’Connor) dan empat anaknya, yang dihantui oleh entitas jahat di rumah mereka di Enfield, London. Ed dan Lorraine Warren dipanggil untuk menyelidiki, menghadapi roh jahat yang mengancam nyawa, sekaligus menguji iman dan hubungan mereka sendiri. James Wan, yang juga menulis naskah bersama Chad dan Carey Hayes, memadukan horor dengan drama emosional, menonjolkan ikatan keluarga Hodgson dan pengorbanan Ed serta Lorraine. Adegan seperti “The Crooked Man” dan kerasukan Janet Hodgson (Madison Wolfe) menciptakan ketegangan maksimal, sementara subplot tentang keraguan Lorraine menambah kedalaman narasi. Kisah nyata Enfield memberikan lapisan autentisitas, meski beberapa elemen didramatisasi untuk efek sinematik.
Performa Aktor yang Memukau
Vera Farmiga kembali memikat sebagai Lorraine Warren, menampilkan kombinasi keberanian dan kerentanan, terutama dalam adegan visinya tentang entitas Valak. Patrick Wilson sebagai Ed Warren menghadirkan karisma hangat, dengan momen menyanyi “Can’t Help Falling in Love” menjadi sorotan emosional. Madison Wolfe, sebagai Janet Hodgson, memberikan performa luar biasa untuk aktor muda, menangkap ketakutan dan keputusasaan dengan autentik. Frances O’Connor sebagai Peggy menambah dimensi sebagai ibu yang berjuang melindungi anak-anaknya. Chemistry antara Farmiga dan Wilson, serta dinamika keluarga Hodgson, membuat penonton terhubung dengan karakter di tengah kengerian, menjadikan film ini lebih dari sekadar horor.
Elemen Teknis yang Luar Biasa
James Wan membuktikan keahliannya melalui sinematografi Don Burgess, yang menggunakan pengambilan gambar panjang dan sudut dinamis untuk membangun ketegangan. Adegan seperti roh di ruang tamu atau bayangan Valak di lorong memanfaatkan pencahayaan gelap dan bayangan dengan cerdas. Skor musik karya Joseph Bishara, dengan nada piano yang menyeramkan dan paduan suara yang mencekam, memperkuat atmosfer horor. Efek praktis, seperti riasan Valak yang ikonis, lebih dominan dibandingkan CGI, memberikan kesan realistis. Desain suara, dengan derit pintu dan suara gaib, menjadi elemen kunci dalam menciptakan ketakutan. Namun, beberapa efek CGI, seperti The Crooked Man, terasa sedikit kurang mulus dibandingkan efek praktis lainnya.
Kelemahan Film: Review Dari Film The Conjuring 2
Meski sangat kuat, The Conjuring 2 memiliki beberapa kelemahan. Durasi 134 menit terasa agak panjang, dengan beberapa adegan awal yang lambat dalam membangun momentum. Subplot tentang skeptisisme terhadap kasus Enfield, meski relevan, terasa kurang tuntas dan kadang mengalihkan fokus dari horor utama. Beberapa penonton juga merasa bahwa pengenalan banyak entitas, seperti Valak dan The Crooked Man, membuat narasi sedikit terpecah, meski keduanya menjadi dasar spin-off sukses seperti The Nun. Namun, kelemahan ini tidak mengurangi intensitas keseluruhan, terutama berkat penyutradaraan Wan yang terampil dan performa aktor yang kuat.
Dampak dan Relevansi: Review Dari Film The Conjuring 2
The Conjuring 2 sukses besar, meraup $320 juta di box office global dengan anggaran $40 juta, menurut Box Office Mojo. Film ini memperluas Conjuring Universe, melahirkan spin-off seperti The Nun dan memperkuat popularitas Ed dan Lorraine Warren. Dengan rating 80% di Rotten Tomatoes, film ini dipuji karena menyeimbangkan horor dengan emosi, menjadikannya lebih dari sekadar film menakutkan. Di Indonesia, The Conjuring 2 tetap populer di platform streaming, dengan penonton mengapresiasi pendekatan realistis terhadap horor supernatural. Film ini juga memengaruhi genre horor global, menginspirasi film-film berbasis kisah nyata dengan fokus pada atmosfer dan karakter. Bagi penonton, film ini menawarkan perenungan tentang iman, keluarga, dan keberanian di tengah ketakutan.
Kesimpulan: Review Dari Film The Conjuring 2
The Conjuring 2 (2016) adalah sekuel yang sukses, menghadirkan horor supernatural yang mencekam dengan narasi emosional tentang keluarga dan pengorbanan. Performa memukau dari Vera Farmiga, Patrick Wilson, dan Madison Wolfe, dipadukan dengan sinematografi dan desain suara yang brilian, menjadikan film ini pengalaman horor yang tak terlupakan. Meski memiliki kelemahan seperti durasi panjang dan subplot yang kurang tuntas, James Wan berhasil mempertahankan esensi Conjuring Universe sebagai tolok ukur horor modern. Film ini tidak hanya menakutkan, tetapi juga menyentuh hati, menjadikannya relevan bagi penggemar horor di seluruh dunia, termasuk Indonesia, hingga tahun 2025.